CAMERAJURNALIS.COM, ACEH TIMUR – Ketua Jajaran Wartawan Indonesia (JWI) Aceh Timur, Hendrika Saputra, dengan tegas mempertanyakan kredibilitas dan kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Timur setelah lebih kurang setahun menjabat. Menurutnya, hingga kini tidak ada transparansi yang jelas mengenai apa saja yang telah dilakukan oleh para wakil rakyat tersebut.
“Kami ingin tahu, apa yang sudah mereka lakukan selama setahun ini? Tidak ada yang terlihat di media sosial, tidak ada laporan ke publik. Rakyat ingin tahu apa yang sudah mereka benahi dan perjuangkan. Jangan hanya duduk manis di gedung mewah setelah terpilih!” ujar Hendrika dengan nada kritis.
Menurutnya, anggota DPRK Aceh Timur terkesan pasif dan tidak menunjukkan keberpihakan nyata kepada masyarakat. Padahal, mereka adalah perwakilan rakyat yang dipilih untuk menyuarakan aspirasi dan menyelesaikan berbagai persoalan daerah. Namun, hingga kini, keberadaan mereka seolah tenggelam tanpa jejak yang berarti.
“Kita punya 48 wakil rakyat di DPRK Aceh Timur, tapi apa yang sudah mereka lakukan untuk memperbaiki kondisi daerah ini? Kita tidak butuh wakil rakyat yang hanya pandai berjanji saat kampanye, lalu menghilang setelah duduk di kursi empuk!” tegas Hendrika.
Lebih lanjut, ia mengutip lirik lagu Iwan Fals yang menyindir wakil rakyat, bahwa mereka seharusnya adalah kumpulan orang hebat yang benar-benar bekerja untuk kepentingan rakyat, bukan hanya sekadar kelompok pertemanan atau sanak famili yang saling mendukung demi jabatan.
Seorang jurnalis Aceh Timur yang turut menyuarakan keresahan ini menambahkan bahwa rakyat ingin melihat perubahan nyata dari DPRK, bukan hanya wacana kosong. “Di hati dan lidah mereka, kami berharap suara kami didengar dan disampaikan. Jangan hanya diam menikmati fasilitas, bicaralah yang lantang membela rakyat!” katanya.
Pernyataan keras ini menjadi tamparan bagi DPRK Aceh Timur. Masyarakat kini menuntut transparansi dan bukti nyata dari kerja-kerja dewan, bukan hanya sekadar seremoni dan pertemuan tanpa hasil. Jika DPRK Aceh Timur terus bungkam dan tidak menunjukkan keberpihakan kepada rakyat, maka mereka harus siap menerima gelombang kekecewaan yang lebih besar, oleh karenanya ; "Jangan Tidur Waktu Sidang Soal Rakyat"
(Junaidy/JWI Atim)